Hidup di dunia ini ibarat seperti musafir dan dia akan kembali ke negeri sejati yaitu kampung akhirat. Seperti halnya orang menyewa rumah tentu saja ia akan berpikir ulang saat ia akan memperindah rumah tersebut dengan biaya yang tidak sedikit atau membeli perabot yang banyak untuk memenuhi rumah yang disewanya.
Disinilah seorang mukmin yang cerdas akan berpikir praktis dalam mengatasi kerumitan dunia dalam perkara-perkara yang tidak terlalu penting. Sebatas hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan dunia yang semuanya dilakukan untuk menopang kehidupan akhirat. Sesuatu yang wajar-wajar saja dan tidak berlebihan supaya apa yang sudah dimilikinya terasa nikmat atau sesuatu yang dilakukan benar-benar bermanfaat untuk tubuhnya, menguatkan hatinya dan menambah iman dan takwa pada Allah Ta’ala.
Alangkah bahagianya jika kita semakin menambah bersemangat untuk menata pola pikir bahwa dunia ini akan fana dan sirna karena dunia adalah sebuah episode yang akan berakhir. Dan orang yang mengejar akhirat maka ia akan menganggap dunia begitu remeh dan hatinya tidak akan galau hanya karena masalah dunia.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah berkata : kegelisahaan, kesusahaan dan kesedihan datang dari dua hal, pertama : menginginkan dan berambisi terhadap dunia, kedua : kurang melakukan amal kebaikan dan ketaatan (Uddatus Shabirin, halaman 258)
Jadi jika seseorang orientasi hidupnya mengejar dunia dengan segala kenikmatannya tanpa menyisakan ruang hatinya untuk meraih kebahagiaan akhirat maka ia akan merugi, karena dunia belum tentu terraih sedangkan target akhirat bisa lepas.
Jadi alangkah bahagianya jika seseorang mengejar akhirat niscya dunia akan mendatanginya. Saat dunia menari-nari dengan segala pesonanya yang memikat saat itulah hati terus risau karena semakin hati condong pada dunia maka kehidupan akhirat akan jauh untuk diraih.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata : Adapun cara menguasai hati yang dikuasi oleh syahwat, perlu dinasehati dengan baik agar menenyerderhanakan urusan dunia dan meningkatkan urusan akhiratnya”
Unggulilah dalam urusan akhirat
Jika kita bisa paktis menyikapi urusan dunia maka hati kita akan terasa lapang, tidak akan sibuk meraih dunia secara berlebihan. Puncaknya adalah kebahagiaan akhirat, maka jika melihat orang lain unggul dalam masalah dunia, jabatan, anak dan yang lainnya, maka ia akan tetap tawadhu’ dan tidak gelisah.
Sebaliknya justru akan lebih bersemangat untuk mengunggulinya dalam hal takwa dan ketaatan pada Allah Ta’ala. Hasan Al Bashri rahimahullah berkata “ Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam hal dunia, maka unggulilah dia dalam hal akhirat”
Jadi sebaiknya kita bisa manjauhi sifat berlebih-lebihan seperti makan, bicara dan tidur. Karena semua itu menjadi sebab hilangnya kenikmatan dunia dan akhirat.
Upaya Peningkatan Kualitas Kesehatan Masyarakat
by Team 15 Jun 2024
Pentingnya Rencana Karir dalam Pengembangan Diri Mahasiswa
by Admin 18 Des 2023
Amalan Sederhana yang Menjadikan Seseorang Ahli Surga
by Team 16 Mei 2022