Menginginkan umur panjang dan rejeki lapang adalah sifat umum yang ada pada kebanyakan manusia. Rezeki dan umur sudah ditetapkan oleh Allah Ta'ala sejak roh manusia ditiupkan di dalam rahim (kandungan). Takdir manusia juga sudah tertulis dan terkumpul di kitab induk bernama lauhulmahfuz 50.000 tahun sebelum penciptaan manusia dan bumi.
Rasulullah shallallahu'alahi wa sallam bersabda. "...Kemudian diutus seorang malaikat, lalu dia meniupkan roh kepadanya. Dan dia (malaikat tadi) diperintahkan untuk menulis 4 kalimat (perkara) tentang rezekinya, amalnya, ajalnya, dan (apakah) dia termasuk orang yang sengsara atau bahagia..." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam sabda beliau shalallahu 'alahi wasallam yang lain, "Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR. Muslim)
Kemudian secara berkala diturunkan kepada para malaikat yang disebut sebagai takdir yaumi (harian) dan takdir sanawi (tahunan).
Allah Ta'ala berfirman, "Setiap waktu Dia dalam kesibukan." (QS.Ar-Rahman: 29)
Rezeki yang bertambah lapang dan umur yang bertambah panjang adalah rezeki dan umur yang ada di catatan malaikat tersebut. Makna lain dari ditambahkan rezeki dan dipanjangkan umur adalah perihal keberkahannya. Sehingga ia dapat menggunakan rezeki dan umurnya tersebut untuk beribadah kepada Allah Ta'ala.
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, "Rezeki yang lapang bukanlah dengan banyakya (hitungan angka), umur yang panjang bukanlah dengan banyaknya bulan dan tahun yang dilalui. Namun, (hakikat) rezeki yang lapang dan umur yang panjang ialah dengan berkah yang terdapat di dalamnya (banyaknya ketaatan dan kebaikan)."
Nabi shallallahu'alahi wasallam bersabda, "Siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung silaturahimnya (dengan kerabat)." (HR.Bukhari)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata,"Para ulama mengatakan, yang dimaksud dilapangkan rezekinya adalah adanya keberkahan padanya. Sebab menyambung tali silaturahim adalah sedekah, dan sedekah dapat mengembangkan harta, sehingga semakin bertambah dan bersih." (Lihat Fathul Bari, 4:303)
An-Nawawi Asy-Syafi'i rahimahullah dalam Syarah Riyadhus Shalihin, ketika beliau menyebutkan hadits ini, beliau menjelaskan bahwa maksudnya adalah (ditunda baginya ajalnya). Hal ini juga sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qurthubi di dalam tafsirnya. (lihat Adabul Mufrad hal.34, Syarah Riyadhus Shalihin hal. 212, Tafsir Al-Qurthubi, 9:330)
Allah Ta'ala berfirman, "Mohonlah ampun (Istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (puladi dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS.Nuh: 10-12)
Ibnu Shabih berkata bahwa ada seseorang mengeluhkan paceklik kepada Hasan Al-Basri, Lalu, beliau rahimahullah berkata kepadanya, "Beristigfarlah (mintalah ampun) kepada Allah Azza wa Jalla!"
Ada lagi yang mengeluhkan,"Doakanlah agaraku dikarunia anak!" Beliau menjawab,"Mintalah ampun kepada Allah Azza wa Jalla!"
Lantas, kamipun menanyakan hal itu kepada Al-Hasan. Beliau rahimahullah berkata, "Yang aku katakan sedikit pun bukan berasal dariku. Sesungguhnya Aku mengambil pelajaran dari firman Allah Ta'ala dalam surah Nuh ayat 10-12." (Lihat tafsir Al-Maragih, 29:8)
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, "Aku akan memberi kabar gembira kepada kamu tentangnya, wahai Ali. Dan berikanlah kabar gembir kepada umatku selepas dengannya, "Bersedekah dengan cara yang benar, berbuat kebaikan, berbakti kepada kedua orang tua, menjalin silaturahim, akan mengubah kesedihan kepada kebahagiaan, menambahkan umur, serta menghalangi perkara-perkar yang buruk." (HR. Abu nu'aim dalam Al-Hilyah. Lihat Silsilah Al-D'ifah,no.3795)
Dalam riwayat lain, "Sedekah itu menolak bencana dan memanjangkan umur." (Lihat Tanqihul Qaul karya Imam Suyuti, hal. 112)
"Sesungguhnya sedekah hanya menambah harta semakin banyak." (HR.Ibnu 'Adi dari Ibnu Umar, lihat JAmi As-Shagir, 2:14)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu, Nabi shallallahu'alahi wasallam bersabda, "Siapa saja yang ingin dipanjangkan umurnya dab bertambah rezekinya, hendaklah ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturahim." (HR.Amad, 3:229;3:266. Syekh Syu'aib Al-arnauth menyatakan bahwa hadis ini sahih)
Dalam suatu riwayat dikisakan, "Sesungguhnya tadi malam aku bermimpi dengan sebuah mimpi yang mengherankan, Dalam mimpiku aku melihat seorang laki-laki dari umatku didatangi oleh malaikat untuk dicabut nyawanya. Tiba-tiba datanglah amalan berbakti kepada ayahnya, lalu menolak malaikat maut dari orang tersebut." (lihat 'Umdatul Qari Syarh Shahih Al-Bukhri, 11-181)
Nabi shallallahu'alahi wasallam pernah mendoakan Anas bin Malik dalam urusan akhirat dan dunianya, "YaAllah,tambahkanlah rezeki padanya berupa harta dan anak, serta berkahilah dia dengan nikmat tersebut." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, "Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, serta berkahilah apa yang engkau karuniakan padanya." (HR Bukhari dan Muslim)
Hadist diatas menunjukkan bolehnya berdoa meminta banyak harta dan banyak anak kepada Allah. Dan hal ini sama sekali tidak mengingkari kebaikan akhirat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga membolehkan untuk meminta panjang umur (asalkan dimanfaatkan dalam kabaikan). Dari 'Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari ayanya (Abu Bakrah), bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu'alahi wasallam, "Wahai Rasulullah, manusia mana yang dikatakan baik?"Beliau shallallahu'alahi wasallam menjawab,"Yang panjang umurnya dan baik amalnya."
"Lalu, manusia mana yang dikatakan jelek?", tanya laki-laki tadi. Beliau shallallahu'alahi wasallam menjawab, "Yang panjang umurnya, namun jelek amalnya." (HR.Tirmizi no. 2330, shahih lighairihi)
Maka, marilah perbanyak doa, "Allahumma ak-tsir maalii wa waladil, wa baarik lii fiimaa a'thoitanii wa athil hayaatii'ala tho'atik wa ahsin 'amalii wagh-fir lii (Ya Allah, perbanyaklah harta dan anakku, serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan kepad-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku)". (Diambil dari Syarh Ad-Du'a minal Kitab was Sunnah karya Al-Qathani).
Mengetahui Peranan Apoteker di Masyarakat
by Team 11 Jun 2024
Daftar 26 Universitas Swasta Favorit di Bandung
by Admin 21 Jun 2024