Berbahaya, Masak Sambal Terasi Jangan Campur 2 Bahan Ini
by Team, 24 Mar 2023
Sambal merupakan salah satu masakan favorit masyarakat Indonesia.
Bahkan, ada orang yang tidak bisa makan tanpa sambal.
Salah satu sambal yang paling populer dan mudah dibuat adalah sambal terasi.
Namun, Anda tidak bisa begitu saja mencampurkan sambal terasi dengan 2 bahan ini.
Pasalnya, efeknya yang Mengerikan bisa menjadi ancaman kesehatan jika masih ngeyel!
Dilansir dari sajiansedap.com, berikut 2 bahan yang tidak boleh dicampur saat memasak sambal terasi!
Minyak Bekas Goreng
Sambal memang tak bisa dipisahkan dari minyak.
Untuk sambal terasi, biasanya kita menggoreng dulu bawang, cabai, tomat hingga terasinya dalam minyak panas.
Baru kemudian diulek. Sambal bawang yang tenar belakangan juga dibuat mentah lalu hanya disiramkan minyak goreng panas di atasnya.
Hasilnya, sambal terasa segar karena aroma bawang dan cabai yang khas tapi juga nikmat di lidah.
Nah, minyak ini juga memainkan peranan penting untuk membuat sambal lebih enak, lo.
Karena itu, banyak orang sengaja menggunakan minyak sisa goreng ayam untuk membuat sambal.
Tujuannya, aroma dan rasa ayam goreng yang tertinggal dalam minyak memberikan cita rasa nikmat pada sambal.
Sambal pun jadi makin nikmat.
Tapi ternyata, hal tersebut bisa jadi langkah yang salah, lo.
Soalnya, minyak yang digunakan untuk menggoreng ayam biasanya sudah berubah menjadi minyak trans.
Pasalnya, untuk menggoreng ayam, biasanya kita menggunakan temperatur tinggi.
Nah, di atas penggorengan, temperatur tinggi mempercepat perubahan minyak yang tadinya bersifat cis (tidak berbahaya), menjadi trans (berbahaya).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minyak trans akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan.
Seperti meningkatkan kolesterol LDL (low density lipoprotein), menurunkan kolesterol HDL (high density lipoprotein), dan meningkatkan rasio total kolesterol.
Kolesterol LDL ini merupakan kolesterol jahat. Minyak pun menjadi berisiko jika digunakan lagi.
Terasi Oplosan
Ya, ayam goreng paling sering ditemani dengan sambal terasi nikmat.
Rasanya, keduanya sudah jadi teman baik sejak lama.
Tapi, tahukah kamu kalau sambal terasi bisa jadi berbahaya kalau kita tak tahu asal muasalnya?
Soalnya, belakangan banyak ditemukan terasi oplosan yang berbahaya banget bagi tubuh.
Tahun 2017 lau, Kepala UPT Pasar Sungailiat, Ahmad Suherman menemukan peredaran terasi berbahaya di pasar-pasar tradisional.
Seperti terasi yang mengandung zat pewarna berbahaya Rhodamin B yang mereka temukan dari hasil pemeriksaan sampel, Selasa (29/8/2017) di UPT Pasar Sungailiat.
Ternyata, terasi tersebut mengandung zat pewarna berbahaya Rhodamin B.
Pedagang menambahkan zat pewarna ini supaya tampilan terasi lebih menarik, merah merona dan terlihat segar.
Padahal seperti kita ketahui, Rhodamin B merupakan pewarna pakaian yang berbahaya sekali kalau sampai termakan dan tertelan.
Nah, terasi dengan pewarna ini sebenarnya mudah kita kenali bedanya.
Di antaranya adalah tekstur terasi tersebut kasar, pewarna merahnya tidak merata, berwarna merah mencolok, dan keras.
“Kalau dari udang kan lembut tidak keras seperti ini. Ini ada sisik-sisik ikan di produk terasinya. Diragukanlah dia menggunakan bahan udang. Produknya juga menggunakan zat pewarna. Kalau aslinya mungkin berwarna hitam, pucat tapi karena ini pakai zat pewarna menjadi merah, warnanya biar menarik,” ungkap Suherman
Sedangkan produk terasi yang sudah lama tidak terjual tersebut berwarna coklat dimana zat pewarnanya sudah pudar dan terasinya mengeras.
“Keras untuk melempar kaca pecah ini,” kata Suherman sambil memegang terasi berhodamin yang sudah lama.
Karena itu, proses pemilihan terasi juga penting Anda lakukan di pasaran.
Terasi yang baik kualitasnya, pasti membuat masakan jadi semakin meningkat cita rasanya.
Terasi yang berkualitas baik adalah terasi yang aromanya segar.
Kalau terasi udang, aroma udangnya juga harus terasa.
Dari sudut penampilan, warnanya terlihat alami, agak kusam dan tidak warna merah cerah.
Warna terasi yang terlalu cerah bisa merupakan tanda bahwa warnanya tidak alami.
Warna masakan pun terkadang menjadi tidak cerah atau kusam karena pemakaian terasi yang tidak baik.
Pertimbangan lain dalam memilih terasi, terasi harus kering, tidak basah.
Terasi yang basah akan mudah tercemar jamur dan aman untuk dimakan.
Efek Menyantap Makanan Pedas bagi Tubuh
Meski kalian sangat menyukai sambal, tentu saja jangan setiap hari mengkonsumsinya.
Dilansir dari laman kompas.com, salah satu efek buruk menyantap makanan pedas adalah heartburn.
“Beberapa masalah medis bisa memburuk akibat asupan makanan pedas,” kata Mary Matone, RD, ahli diet terdaftar di Culina Health. Makanan pedas bisa memperburuk masalah refluks gastroesofageal, atau juga dikenal dengan Gerd.
Gerd adalah kondisi yang terjadai ketika aliran balik asam lambung ke kerongkongan, yang dapat memicu sensasi terbakar di saluran pencernaan bagian atas dan dada.
“Makanan pedas tidak dianggap sebagai penyebab utama Gerd, namun makanan pedas akan memperburuk gangguan tersebut,” ungkap Matone.
“Meskipun mekanisme penyebab tidak diketahui, makanan pedas bisa mengiritasi kerongkongan, menyebabkan heartburn dan rasa tidak nyaman.”
Studi tahun 2017 yang dimuat ke dalam Journal of Neurogastroenterology and Motility menemukan, senyawa capsaicin dapat memperlambat laju makanan bergerak melalui perut yang meningkatkan risiko refluks.
Sementara itu, University of Chicago Medicine menyatakan, anggapan yang menyebutkan makanan pedas bisa meningkatkan risiko sakit maag tidaklah benar.
“Capsicum sebenarnya dapat mengurangi produksi asam lambung,” ujar Matone.
“Makanan pedas, terutama yang mengandung capsicum, bisa membantu memperbaiki gejala pada mereka yang menderita tukak lambung.” (*)
Artikel Terkait
Artikel Lainnya